Mengenal Hart Multiplexer (HART MUX)

AMS (Asset Management System) adalah piranti yang saat ini banyak digunakan untuk melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap aset yang ada di suatu perusahaan yang besar. Di dalam kontrol industri, AMS biasanya digunakan untuk memantau perangkat instrumentasi di lapangan (field device) menggunakan protokol HART sehingga AMS dapat membaca data-data yang tersimpan di dalam ROM field device tersebut. Seperti TAG NAME transmitter, Setting LRV dan URV pada suatu level transmitter, Health status suatu SMART Positioner, Feedback opening yang terbaca oleh smart positioner, suhu yang dialami oleh perangkat instrumentasi dan sebagainya. Fungsi AMS jadi mirip dengan HART Communicator hanya saja, AMS biasanya berbentuk komputer dan dapat berkomunikasi dengan banyak field device sekaligus.

Salah satu contoh AMS yang pernah saya temui adalah PRM (Plant Resource Manager) dari Yokogawa dimana melalui PRM ini kita dapat melihat status piranti yang terkoneksi dengan PRM kemudian kita juga bisa melihat data yang tersimpan di dalam field device tersebut tanpa harus meng-koneksikan HART comm ke piranti. Sebagai catatan karena koneksi yang bersifat peer-to-peer maka segala perubahan data field device di dalam AMS dapat berefek langsung ke lapangan sehingga perlu kehati-hatian agar tidak mengubah data apapun kecuali dengan prosedur yang benar.

Tampilan perangkat instrumen yang terdeteksi PRM, sumber: Yokogawa.com

PRM sedang berkomunikasi dengan transmitter Yokogawa menggunakan HART , sumber: Yokogawa.com

PRM adalah sebuah komputer yang terhubung ke jaringan dimana sejatinya PRM tidak dapat berkomunikasi secara langsung ke field device. Hal ini dikarenakan perbedaan protokol komunikasi antara PRM dengan field device dimana PRM berkomunikasi menggunakan protokol standar jaringan komputer (IP Address) sedangkan field device menggunakan protokol HART. Oleh karena itu, PRM membutuhkan suatu modul atau alat yang dapat melakukan komunikasi secara HART Protocol dengan field device dan mengirim hasilnya ke PRM dalam protokol yang dipahami olehnya. Jadi harus ada "converter system" yang menerjemahkan permintaan PRM ke field device dan mengirim hasil permintaan itu kembali ke PRM. Gambarannya kira-kira seperti  berikut ini.

Gambaran komunikasi PRM dengan Field Device

Untuk PRM yang terhubung ke jaringan DCS Centum VP Yokogawa, agar PRM dapat berkomunikasi dengan field device secara HART Protokol, dia memerlukan modul Analog Input / Analog Output yang sudah support HART Protokol.
Arsitektur Jaringan PRM dengan Sistem DCS Centum VP,
Dalam hal ini PRM sudah terhubung langsung dengan FCS melalui Control Network
FCS lah yang menjadi converter device agar PRM dapat berkomunikasi dengan field device.
sumber: Yokogawa.com

Lalu bagaimana cara PRM dapat berkomunikasi dengan field device yang ada di third party system semisal PLC? Di sinilah diperlukan HART Multiplexer untuk menjadi "translator" antara PRM dengan field device pada PLC. 


HART Multiplexer

HART Multiplexer atau HART MUX atau HART Interface Solution merupakan suatu piranti yang dapat menjadi jembatan komunikasi antar AMS dengan field device. Hal ini dikarenakan HART Multiplexer dapat melakukan komunikasi secara HART Protokol kepada piranti device di satu sisi dan dapat mengirim output data melalui Modbus RTU ke jaringan komputer.

Nah, karena pada umumnya HART Multiplexer mengirimkan output data kedalam Modbus RTU (RS232, RS485 atau RS422), kita perlu sebuah converter device yang dapat mengkonversikan data dari Modbus RTU kepada Modbus TCP atau Istilah lainnya Converter RS232/RS485/RS422 to Ethernet. Sebagai tambahan Informasi, komunikasi melalui Modbus RTU dilakukan dengan mengenali alamat modbus dan melakukan setting frekuensi BAUD RATE antara sender dan receiver. Jika sender sudah tahu alamat tujuan adalah 1 kemudian frekuensi BAUD RATE nya 19200 Hz maka komunikasi antar dua device dapat terjalin. Sedangkan komunikasi menggunakan Modbus TCP dilakukan dengan menggunakan IP Address (contoh: 192.168.0.1). 

Beberapa contoh device yang dapat melakukan konversi Modbus RTU ke Modbus TCP adalah
Contoh Moxa Nport 5210 Converter RS232 to Ethernet/TCP,
sumber: http://eworldme.com

Contoh switch moxa NPort 5600 Series multiple Modbus RTU to one Modbus TCP.
https://www.moxa.com

HART Multiplexer biasanya terdiri dari beberapa modul, yang pertama adalah modul board yang harus dipasang di antara field device dan PLC. Dari modul board ini akan terhubung ke modul yang akan melakukan komunikasi ke PRM (Converter RTU to TCP) melalui RS 485. Gambaran instalasi semua perangkat di atas adalah sebagai berikut.

Gambaran koneksi HART Multiplexer
Agar HART multiplexer dapat berkomunikasi dengan field device, kita perlu mempersiapkan resistansi ohm sebesar 250 Ohm atau sesuai dengan requirement dari HART Multiplexer. Oleh karenanya perlu diperhatikan apakah sistem kita sudah memiliki resistansi yang cukup atau belum serta pemilian HART Board Module sudah sesuai atau belum.
Beberapa contoh HART Multiplexer antara lain. 

  • MTL 4840
    Contoh Komunikator MTL-4840, sumber: mtl-inst.com
  • MTL 4850
    Sumber :www.processindustryinformer.com

  • Phoenix Contact MACX-MCR-S-MUX
    Sumber: phonixconctact.com
  • Pepperl+Fuchs
    Sumber www.pepperl-fuchs.com

Setelah melakukan instalasi hardware, pastikan PRM mengenali Hart Multiplexer dengan menginstall software DTM (Device Type Manager) dari HART Mux harus terinstall dan konfigurasi koneksi RTU nya harus diset ke alamat dan BAUD RATE yang tepat. Beberapa konfigurasi yang harus diperhatikan agar PRM terhubung ke HART Multiplexer antara lain;
  1. PRM Harus terinstall DTM dari HART Multiplexer
  2. HART Multiplexer harus dikonfigurasi alamat RTU nya dan BAUD RATE nya. Mekanisme konfigurasi masing-masing HART Multiplexer berbeda dan ada di dalam manual
  3. Port di dalam converter Modbus RTU to Modbus TCP harus dikonfigurasi dengan BAUD RATE yang sama dengan BAUD RATE HART Multiplexer dan pastikan portnya aktif serta jenis komunikasi yang dilakukan harus disamakan misal RS485 atau RS232. Konfigurasi Converter dapat dilakukan dengan WEB Service dengan melakukan browse ke alamat TCP/IP converter.
  4. IP Address Modbus TCP harus dalam satu jaringan dengan IP Address PRM dan sudah terkoneksi dengan baik.
  5. Setting Port Configuration di PRM harus menggunakan alamat yang tepat dan baud rate yang sama dengan Hart Multiplexer. Di PRM Setting Port dilakukan melalui NPort Configuration.
  6. Definisikan Setting RTU Address dan Baud Rate melalui Software DTM di PRM
  7. Tes koneksi menggunakan Software DTM.
  8. Melakukan Listing Field Device di PRM dapat dilakukan dengan metode FDT Project atau Local Management System.
Sekian Semoga Bermanfaat.

No comments:

Post a Comment