Setiap rotating unit seperti pompa atau kompresor memiliki
turbin yang kemudian menggerakkan rotor untuk melakukan kompresi fluida atau
gas. Putaran turbin ini bervariasi nilainya, mulai dari ratusan hingga puluhan
ribu putaran per menitnya. Putaran turbin yang melampaui batas (overspeed)
dapat menyebabkan kerusakan pada rotating unit dan bahkan menyebabkan kondisi
yang tidak aman. Oleh karenanya, indikasi speed dari putaran turbin rotating
unit tersebut mutlak diperlukan sebagai tindakan pengendalian dari unit itu
sendiri.
ALAT UKUR INDIKASI SPEED
Beberapa alat yang biasanya digunakan untuk mengukur
kecepatan putaran turbin antara lain displacement transducer yang menggunakan
prinsip Eddy Current sebagai sensing elemennya. Prinsip kerja alat tersebut
adalah,
- Koil probe digetarkan (excited) pada frekuensi 1.5 KHz.
- Probe kemudian dihubungkan dengan proximitor sebagai pembangkit voltase DC menuju indicator (Tachometer).
- Getaran koil ini akan menghasilkan impedansi nantinya mempengaruhi besar tegangan output VDC yang dihasilkan proximitor.
- Besar voltase yang dihasilkan sebanding dengan jarak ujung probe dengan material. Semakin dekat jarak ujung probe ke target ukur, semakin kecil VDC yang dihasilkan. Semakin jauh jarak ujung probe dengan target ukur, semakin besar VDC yang dihasilkan. Ilustrasinya ada pada gambar berikut:
Gambar 1: ilustrasi output ketika probe Sensor mendekati target |
Gambar 2: Ilustrasi output ketika probe sensor menjauhi target
|
Selain itu ada juga speed sensor yang disebut magenetic
pickup coil. Instalasinya lebih mudah seperti gambar berikut:
Gambar 4: Ilustrasi instalasi dengan jenis magnetic pickup coil |
PRINSIP KERJA PENGUKURAN SPEED
Eddy Current Probe tadi kemudian di pasang pada Shaft atau
Gear turbin. Dari putaran tersebut akan dihasilkan pulse-pulse sebagai hasil
dari pengukuran jarak ujung probe ke target ukur. Ingat, prinsip kerja Eddy
Current Probe adalah ia akan menghasilkan tegangan yang kecil bila ujung probe
berada jauh dengan target ukur maka tegangan yang dihasilkan lebih besar.
Sedangkan Shaft yang dipotong sedikit atau gear, ketika berputar ia akan
membuat jarak antara ujung probe dengan target ukur menjauh dan mendekati probe
sehingga proximitor akan menghasilkan pulse-pulse yang selanjutnya akan
diterima oleh receiver.
Selanjutnya pulse-pulse tadi dihitung frekuensinya.
Frekuensi adalah jumlah pulse per detiknya. Atau dengan kata lain, berapa pulse
yang dihasilkan dalam waktu satu detik. Nilai frekuensi sangat dipengaruhi oleh
jumlah pulse yang dapat dihasilkan per satu putaran turbin. Semakin banyak
pulse yang dihasilkan per satu putaran, frekuensinya akan semakin tinggi.
Ilustrasinya seperti berikut
gambar 5: ilustrasi perputaran shaft untuk 1 revolution 1 pulse |
Gambar 6: Ilustrasi untuk n revolution n pulse |
Dari ilustrasi di atas, dapat ditentukan frekuensi dari
putaran turbin dengan rumus
frekuensi = putaran per detik x jumlah pulse per putaran
atau
frekuensi = putaran
per detik x jumlah gerigi
Artinya jika suatu gear turbin memiliki gerigi sebanyak 24
buah, kemudian dalam satu detik ia berputar 200 kali. Maka frekuensi dari
putaran turbin tersebut adalah
Frekuensi = 200 x 24
= 4800 Hz = 4.8 KHz
Lantas darimana kita mendapatkan nilai Putaran Per-detiknya?
Putaran per-detik didapat dari membagi RPM dengan 60 (1 menit = 60 detik). Misal
diketahui nilai RPM pada suatu pompa adalah 3600 RPM. Maka jumlah putaran per
detiknya adalah 3600/60 = 60 putaran per detik.
dimana:
f
= frekuensi putaran pompa
(Hz)
RPM = Kecepatan putar (Revolution Per Minute)
n = jumlah gerigi target ukur
PENERAPAN
PADA SOAL:
- Suatu pompa hendak dipasangi speed sensor pada gerigi governor dengan jumlah gerigi sebanyak 30 buah. Tentukan frekuensi pada RPM 4000.
- Suatu pompa diketahui memiliki frekuensi 3600 Hz. Jumlah gerigi pada target ukur sensor adalah 20. Tentukan RPMnya.
- Suatu kompresor berputar pada kecepatan 10000 RPM, frekuensi yang diukur pada tachometer menunjukan angka 10KHz. Tentukan banyaknya gerigi pada target ukur sensor!
FULL SCALE FREQUENCY DAN NORMALIZATION
Apakah
Full Scale Frekuensi dan Normalization itu? Sebelum membahas lebih jauh lagi, kita
bahas terlebih dahulu tentang Tachometer. Tachometer adalah alat yang akan
membaca speed menurut frekuensi yang dia terima dari sensor. Kebanyakan
tachometer hanya mampu membaca speed untuk frekuensi yang dihasilkan dari 1
putaran hanya 1 pulse saja. Namun karena instalasi speed ada yang dipasang di
gear governor, maka setiap putaran rotor dapat menghasilkan beberapa pulse tergantung dari banyaknya
gerigi target ukur. Untuk itulah beberapa produsen tachometer memproduksi
tachometer yang dapat diseting frekuensinya. Setting frekuensi itu di beberapa
produk disebut dengan Frekuensi Equivalen dan di Produk yang lain disebut
dengan Normalisasi. Ke dua istilah ini memiliki perbedaan yang akan dijelaskan
berikut ini.
FULL SCALE FREQUENCY
AiTek TachPak 3 adalah contoh Tachometer yang menggunakan Full Scale Frequency sebagai
pengaturan nilai frekuensi untuk speed sensor. Full Scale Frequency adalah
Frekuensi maksimum yang akan diterima oleh tachometer sebagai referensi dari
RPM Maksimum yang disetting ke dalamnya. Rumus menghitungFull Scale Frequency
sama dengan rumus di atas. yakni
dimana:
f
= frekuensi putaran pompa
(Hz)
RPM = Kecepatan putar (Revolution Per Minute)
n = jumlah gerigi target ukur
Misalkan
untuk range speed 0 – 5000 RPM, Jumlah geriginya adalah 30, maka Frekuensi
Ekuivalennya adalah 2500 Hz.
Normalization dipakai pada Tachometer Merk AiTek TachTrol 30. Normalisasi adalah faktor pengali
dari frekuensi agar menjadi RPM. Dengan kata lain, normalisasi adalah nilai
yang dihasilkan oleh pembagian antara RPM dengan frekuensi. Notasi
matematikanya
f x N = RPM
N = RPM/f
Dimana :
RPM = Kecepatan putar
(Revolution per minute)
N = Nilai
Normalisasi
f = frekuensi
pada putaran RPM
Normalisasi dapat pula dicari dengan membagi 60 dengan jumlah
gerigi target ukur
Notasi matematikanya:
N = 60/n
dimana
N = Nilai
Normalisasi
n = jumlah
gerigi target ukur
Darimana rumus tersebut didapatkan? Tentu dari hubungan antara
RPM dengan Frekuensi yang dihasilkan. Jika ditentukan range speed kompresor
adalah 0 – 10000 dengan jumlah gerigi
sebanyak 28 buah. Maka dengan rumus yang sudah kita bahas sebelumnya didapatkan
frekuensi pada RPM 10000 sebesar 4666,67 Hz. Nilai normalisasinya adalah
N = RPM/f
N = 10000/4666,67
N = 2,143
Atau dengan rumus
N = 60/n
N = 60/28
N = 2,143
Nilai Normalisasi pada TachTrol 30 ditulis dengan notasi X,XXX
eY. X menggantikan angka sedang Y adalah pangkat dari bilangan 10. Jika Normalisasinya 2,143 maka cukup input
bilangan 2,143 e0. Jika nilai normalisasinya 0,2143 maka tulis dengan 2,143 e
-1. Jika nilai Normalisasinya adalah 21,43 maka tulis dengan 2,143 e1. Dan
seterusnya.
Sekian semoga bermanfaat.
No comments:
Post a Comment